Bontang dan kenangannya
Last but not least, diakhir tulisan berseri mengenai Kota Bontang, maka yang terakhir ya kenangan selama tinggal di Bontang. Banyak cerita yang terjadi selama lebih 15 tahun tinggal dikomplex tsb tentunya, ya cerita sedih, pahit, getir, lucu dan indah.
Gak ada maksud saya mengurangi respek pada yang masih tinggal diBontang, tapi paling engga ya inilah kenangan saya terhadap Bontang dari sudut saya. Boleh2 aja kan saya punya sudut pandang sendiri.....
Suami pertama menginjakkan kaki ke bumi Kalimantan pada Juni 1989. Karena status masa percobaan selama 3 bulan, jadi belum boleh bawa keluarga, maka pada bulan September 1989, suami menjemput ke Jakarta untuk bermukim di Bontang yang indah.
Bamby waktu masih sangat muda, bayi malah, 8 bulan umurnya.
Masih inget saya, jaman itu belum tersedia dokter anak, yang ada cuman dokter umum, jadi kalau Bamby nih sakit, yang gak bisa ditangani dokter umum saja, terpaksa dengan pesawat saya bawa ke Balikpapan. Beruntunglah belakangan banyak dokter spesialis macam2 yang memang di hire oleh perusahaan.
Tinggal didalam komplex yang rigid seperti ini, jauh dari mana2 memang perlu punya trik tersendiri agar bisa betah.
Pepatah usang yang selalu terdengar : "jangan kan berita besar, jarum jatuhpun , sekomplex akan denger".
Terbayang kan privacy model apa yang terjadi didalam komplex ini. Berita2 yang sebetulnya boleh atau tidak boleh tersebar akan dengan cepat tersebar tanpa tau dari mana asal usulnya, tapi yang pasti sampai ditelinga akhir biasanya beritanya sudah menjadi lebih seru, berlipat ganda dari berita aslinya......
Tapi sisi positifnya adalah kalau ada teman yang kesusahan, langsung kami semua tau dan datang menengok atau bahkan melayat, meski tak kenal sekalipun....
Jangan ditanya kalau sampai dirawat dirumah sakit, yang nengok macam pasar pindah saja....ramai betul sampai pihak RS yang ada dalam komplex ini kewalahan tempat parkiran....
Kalau ada acara kawinan, entah itu anak pegawai atau juga pegawainya itu sendiri, walah rame2 pada jadi pantia, sampai2 saya juga bingung kalau semua jadi panitia lantas siapa yang jadi tamu aslinya ?????
Tapi omong2 soal kawinan, saya punya cerita lucu, bahwa saya nih pernah mantu 2 kali plus punya 2 menantu......
Yang pertama; kebetulan tetangga saya yang dari Semarang ini pembantunya akan menikah dengan pembantu lakinya Bu Luki. Nah Bu Widi nih punya kepercayaan bahwa gak boleh ngawinin dirumah dia kalau dia sendiri belum menikahkan anaknya.... Kalau saya sih memang ama yang gitu2 bukan gak percaya tapi sudahlah insyaAllah GPP, jadi akhirnya acara pernikahan itu dilakukan di Gazebo belakang rumah kami, dan dilanjutkan dengan selamatan kecil2an dikebun ( ya pesta kebun lah...), seru juga.
Malah belakangan kalau saya panggil Bu Luki nih dengan panggilan : halo "besan".... abis kayaknya kan saya yang mantu sih.....
Yang lain lagi, teman kantornya mas, yang bujang kebetulan akan menikah dengan seorang gadis dari luar komplex, tapi ibunda Agus ini baru bisa tiba diBontang mendekati acara pernikahan, artinya acara lamaran harus dilakukan sendiri....Siapa yang harus melamar??? Nah ternyata yang kebagian tugas kok ya saya ( mungkin kelihatan gw udah agak STW gitu sih....). Akhirnya pasangan Agus dan Lilik ini setelah menikah, kalau lebaran, kami dapat kehormatan untuk dikunjungi dihari pertama sebagai mertua keduanya Lilik.....
Yang terakhir ini rada lucu, lha saya kok bisa punya dua mantu?
Alkisah Afri juga bujang ( masih muda kalau yang ini) akan menikah, kebetulan masku deket banget ama Afri, maklum hobinya sama otak atik komputer, waktu Afri akan menikah banyaklah hal hil yang dibicarakan dengan kami.
Setelah menikah di Malang, dibawalah si istri keBontang, dan orang pertama yang diperkenalkan, ya kami ini. Biasalah saya jadi tour guidenya nyonya muda ini, dengan side efek nya.
Tau gak apa side efeknya ? kemana saja saya bawa Astrid ini, selalu orang tanya ...ooo bu ini anaknya ya ??? Bahkan waktu melamarkan Aguspun , ibunya Lilik bertanya wah anaknya sudah besar ya ????
Waduhhhhh piye tho iki, memang gak nutup mata juga kalau saya udah tuek tapi masa iya sih setua itu ( beda usia kami 16 tahun memang).
Dasar juga saya agak nyeleneh, biasanya suka saya jawab dengan ooo bukan anak saya tapi mantu saya....
Lucunya Astrid ini juga iseng, kalau saya telpon, ya jawabnya selalu : iya bu mertua....ada apa ?
Lama2 si Afri protes juga lho kalau bini gue mantunya simbak lalu masa iya saya "sekelas" ama Bamby ????
Dapat juga saya jawaban yang pleng, "lho yang mantu itu kalian berdua gak ada yang anak saya"
Dan ternyata jawaban ini sangat menyenangkan mereka berdua, dan sampai detik inipun mereka sering kali manggil saya dengan ibu mertua....
Sampai akhirnya saya pindah pun "mantu" saya ini kebagian "warisan" pembantu setiaku Naha.
Kenangan terakhir ini yang paling menyeramkan, tentang kilang PT Badak.
Saya akan ceritakan secara non teknis aja biar gampang....
Gas alam yang didapat untuk kilang ini memang berupa gas alam, (kentutnya bumi aja), lalu dialirkan melalui pipa untuk di resize sebanyak 600 kali lebih kecil ( dengan didinginkan) untuk kemudian di expor dengan tanker kenegara tujuan.
Nah bahayanya nih gas yang cair, kalau terjadi kebocoran, mengalir keluar dan bercampur dengan suhu normal dan melewati tempat yang sempit, maka akan terjadi ledakan. Karena setetes gas cair akan memuai menjadi 600 kali, kebayangkan kalau yang bocor 5 liter aja, jadi berapa tuh....
Musibah di kilang sudah pernah beberapa kali terjadi, yang pertama beberapa tahun sebelum kami tiba, sekitar awal tahun 80an, kemudian yang kedua terjadi saat kami disana ditahun sekitar '92.
Nah ini lumayan gawat, karena terjadi "leak" ditengah kilang2 yang ada 8 buah itu, bayangkan kilang yang beroperasi kan menimbulkan panas, lalu bocornya ditengah kilang.....
Pokoknya saat itu macam2 tingkah penduduk didalam komplex, ada yang udah ngepak2, ada yang udah manggil semua anaknya dari sekolah, ada yang udah load barang berharga, ada yang ambil uang dari bank dsb.
Untunglah keadan critical ini dapat diselamatkan, ada satu bapak yang namanya pak Balanda, betul2 hero memberanikan diri men "seal" kebocoran tsb ( langsung kemudian dapat rewards naik golongan, ya panteslah...)
Rasanya kami sendiri waduh.....jangan ditanya....karena apa ? suami semua stand by dipabrik sedang kami istri2 dan anak2 tetap tinggal dirumah...kalau .....amit2 deh, gimana coba ?
Nah inilah yang saya sayangkan, kok sebagian orang tuh meributkan fasilitas dan kenyamanan yang kami dapat selama tinggal dalam komplex, tapi pernah gak kepikir kalau ada yang kayak ginian nih, nyawa kami semua dalam siaga mati judulnya...
Karena lagi kami denger, kalau musibah ini gak ditangani cepat, biarpun kita ngungsi dengan kendaraan tercepat pun masih gak selamat, karena ledakan 8 kilang ini bisa mencapai radius puluhan kilometer.....
Jadi anekdot yang terjadi adalah : kerja dikilang gini bener2 deh sehidup semati seluruh pegawainya, jadi gak usah repot2 ngungsi....
Pernah lagi terjadi musibah, tapi gak segawat ini, pabriknya kena sambar petir, semua kilang mati, black out.....tapi syukurlah bisa juga teratasi.
Tapi yang paling ngeri adalah bunyi yang ditimbulkan dari pipa gas yang dimatikan agar tuh gas gak ngalir terus ke pabrik, menderum sangat keras....
Dan deruman ini masih sering sekali kami denger kalau salah satu pabrik ada yang fail..., dan jangan ditanya hati nih apa rasanya mengingat kenang2an yang sudah terjadi.
Dan kejadian ledakan ini juga pernah terjadi dikomplex tetangga PT Pupuk Kaltim, entah apa yang meledak saya kurang paham, hanya saja ledakan ini terdengar sampai komplex kami.
Memang sebetulnya riskan tinggal dalam komplex kilang seperti ini hanya saja memang "if everything going well" maka pegawai dan keluarganya ya hidup santai dan tenang....menikmati fasilitas kantor yang ada....
Tapi namanya mesin, siapa yang tau, kadang ada aja rewelnya.
Mudah2an saja ditahun2 mendatang kilangnya lebih aman ya ???Amien....
0 Comments:
Post a Comment
<< Home